Senin, 21 April 2008

DEFINISI DAN JENIS-JENIS PENGETAHUAN

DEFINISI DAN JENIS-JENIS PENGETAHUAN

A. Definisi dan Jeni-Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan dalam sebuah definisi
Pengetahuan bisa didefinisikan atau diberibatasan sebagaimana berikut ini :
1. sesuatu yang ada atau dianggap ada
2. sesuatu hasil persesuaian subjek dengan objek
3. hasil kodrat manusia ingin tahu
4. hasil persesuaian antara induksi dengan deduksi
Selain definisi yang ada diatas, dalam kitab klasik ilmu logika, Pengetahuan itu didefinisikan sebagai suatu gambaran objek-objek eksternal yang hadir dalam pikiran manusia . Definisi ini juga disepakati oleh sebelas orang filosof dan ilmuwan Rusia.
Dalam redaksional lain juga dibahasakan Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya . Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.
Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya.
Selain versi diatas masih ada jawaban dari pertanyaan Apa yang dimaksud dengan pengetahuan ? Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.


b. Jenis-Jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantara nya :
1. Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya
2. Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
3. Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adad istiadad). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas pikiran
5. Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
6. Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dan …), ilmuwan yang mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua indvidunya (seperti gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).
Dalam filsafat Islam, pengetahuan itu hanya dibagi dua, yakni ilmu hudhuri dan hushuli. Dengan berdasarkan pada pembagian pengetahuan di atas, apabila kita ingin menyingkronkan pembagian pengetahuan menurut filsafat Islam, maka pengetahuan langsung (immediate) tersebut sama halnya dengan pengetahuan hudhuri dan pengetahuan tak langsung (mediated), pengetahuan indrawi, pengetahuan konseptual, pengetahuan partikular, pengetahuan universal tersebut dikategorikan sebagai pengetahuan hushul
B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
1. HAKIKAT PENGETAHUAN
Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.
Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya.
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.
Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:
1. Hal-hal yang diperoleh. Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai dasar pembahasan.
2. Realitas yang terus berubah. Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan demikian, ia menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih global
2. SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan yang kita bahas sekarang itu memiliki sumber (source) diantara nya adalah
1. Intuisi
Ketika kita berbicara mengenai intuisi subuah maen stream yang terbangun dibenak kita adalah sebuah eksperimen, coba-coba, yang berawal dari sebuah pertanyaan dan keraguan maka lahirlah insting. Sebuah bahasa sederhana juga penulis temukan penjelasan mengenai apa itu intuisi?, Kamus Politik karangan B.N. Marbun mengatakan : daya atau kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tampa ada dipelajari terlebih dahulu
2. Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Pengetahuan rasional merupakan sejenis pengetahuan konsepsional atau hushuli, sementara pengetahuan intuisi atau hati adalah semacam pengetahuan dengan “kehadiran” langsung objek-objeknya atau hudhuri.
3. Emperikal atau pemakalah lebih suka dengan membahasakan nya dengan Indra
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan menutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan argumen-argumen rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap bernilai sebagai sumber dan alat pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indra-indra itu hanyalah berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik seperti manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan dengan semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia, bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan terjangkau oleh indra-indra lahiriah dan hanya dapat dicapai oleh daya-daya pencerapan lain yang ada pada diri manusia. Konsep-konsep atas realitas-realitas fisikal dan material yang tercerap lewat indra-indra, yang walaupun secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga tidak terwujud dalam akal dan pikiran kita secara mandiri dan fitrawi. Melainkan setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi indrawi maka secara bertahap akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal mulanya pikiran manusia sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep sesuatu, dia seperti kerta putih yang hanya memiliki potensi-potensi untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan aktivitas persepsi pikiran dimulai dari indra-indra lahiriah.
Mengapa jiwa yang tunggal itu sedemikian rupa mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyerap semua pengetahuan? Filosof Ilahi, Mulla Sadra, mengungkapkan bahwa keragaman pengetahuan dan makrifat yang dimiliki oleh manusia dikarenakan kejamakan indra-indra lahiriahnya. Mulla Sadra juga menambahkan bahwa aktivitas persepsi-persepsi manusia dimulai dari jalur indra-indra itu dan setiap pengetahuan dapat bersumber secara langsung dari indra-indra lahiriah atau setelah berkumpulnya konsepsi-konsepsi indrawi barulah pikiran itu dikondisikan untuk menggapai pengetahuan-pengetahuan lain. Jiwa itu secara esensial tak mempu menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indra-indra tersebut
4. Wahyu
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, Karena diyakini bahwa wakyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa



DAFTAR KEPUSTAKAAN

- S.Suriasumantri, Jujun. Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan .1998
- Marbun, B.N. Kamus Politik. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.2005
- Syadalai.MA, Ahmad, Filsafat Umum.Bandung: Penerbit Pustaka Setia.1997
- Filsafat Umum. Tafsir, Dr. Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya 2003
- www.wisdoms4all.com
- http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/
- http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
-http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn3
- http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn1
- http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-dan-media-pengetahuan/

Kamis, 17 April 2008

MENGENAL KOMUNIKASI ORGANISASI

MENGENAL KOMUNIKASI ORGANISASI


A. ORGANISASI DAN KOMUNIKASI ORGANISASI : Sebuah defenisi
a. Oganisasi dalam sebuah definisi
Tak kenal maka tak tahu mungkin ini lah sebuah ungkapan yang mendorong berbagai kalangan mengapa belajar dan menggali berbagai definisi yang muncul dari berbagai istilah yang dilahirkan dari berbagai Disiplin ilmu sebagai konsekwensi dari perkembangan sebuah peradaban kehidupan manusia
Perlu dicatat bahwa suatu organisasi bisa terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih dari satu orang unutk menyelesaikan nya, kondisi ini timbul karena tugas itu terlalu besar dan terlalu komlek unutk ditangani oleh satu orang
Ketika kita berbicara mengenai organisisasi sebuah pertanyaan yang akan muncul adalah Apa yang dimaksud dengan Organisasi ?
Ketika kita berbicara tentang definisi kita kan beranjak dari aspek etimologi dan terminology
Organisasi Secara etimologi
Organisasi atau Organization atau bersumber dari kata kerja bahasa Latin: Organizare Ï to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi)
sedangkan menurut Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya Communications in Organization adalah:
"a stable system of individuals who work togather to achieve, through a hierarchy of ranks anddivision of labour, common goals"

(Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas)
Robert Bonnington dan Berverd E. Needles, Jr. dalam bukunya Modern Business : A Systems Approach mengatakan
Organization is the means by which management coordinates material and human resources through the design of a formal structure of tasks and authority atau Organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui
pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang

Secara terminology organisasi adalah
1. Menurut B.N. Marbun dalam bukunya Kamus Politik mengatakan bahwa oraganisasi adalah suatau badan yang terdiri dari tenaga manusia dan alat-alat yang disusun secara teratur dalam hubungan kerjasama sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan suatu tugasa pokok tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien
2. Kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan unutk mencapai tujuan bersama
3. Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
4. Menurut James D. Mooney Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama
5. Menurut Chester I. Bernard Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Masih berbicara dalam kontek komunikasi, sebetulnya secara universal oraganisasi itu bisa dibagi menjadi dua bagian :
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Non Formal
Organisasi non formal atau bahasa lain nya informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain .

b. Komunikasi Organisasi dalam sebuah definisi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi dimana terjadi jaringan pesan satu sama lain yang bergantung satu sama lain
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiranpesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan


B. PENDEKATAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti :
a. Memproses informasi dan lingkungan
Eksistentensi organisasi merupakan suatu yang esensial, karena ini menyangkut ada dan tidak ada nya organisasi. Untuk menjaga keeksistensial suatu oraganisasi maka organisasi harus memproses informasi yang masuk dari ligkungan nya, memproses ini dimaksud adalah menyesuaikan apa yang terjadi pada lingkungan dengan jalan mentransfer informasi yang relevan dengan keadaan intern organisasi, kemudian merumuskan suatu respon yang tepat sebagai input informasi tersebut. Informasi ini digunakan untuk melakukan identifikasi dan penentuan tujuan organisasi
b. Mengadakan identifikasi
Proses penyesuaaian diri dinamakan dengan iddentifikasi, Ketika kita berbicara dalam tatanan konsep oraganisasi. Suatu oraganisasi menggunakan informasi yang telah diproses dari lingkungan untuk mecapai beberapa macam negosiasi, persetujuan dengan relasi-relasi yang potensial dari lingkungannya misalkan sebuah oraganisasi atu lembaga yang menggeluti bidang jasa transportasi, berdasarkan informasi yang didapat dari lingkungan nya bahwa penumpang menginginkan ransportasi yang cepat, selamat, dapat dipercaya dan pelayanan yang sangat menyenangkan, maka berdasarkan iniformasi ini organisasi atau lembaga harus mengusahakan maupun mengkoordinasikan segala kegiatan supaya dapat memenuhi keinginan dari pelanggan nya. Untuk memberi tahu pelanggannya bahwa organisasi terkait telah meningkatkan pelayanan nya organisasi harus membuat iklan tentang itu dan melakukan sebuah percobaan pelayanana yang gratis, maka dalam hal ini komunikasi sangat memegan peranan yang sangat penting karena tampa dikomunikasikan kepada langganan para pelanggan tidak akan mengetahui bahwa oraganisasi terkait telah meningkatkan layanan nya sesuai dengan keinginan konsumen
c. Melakukan integrasi dengan organisasi lain
Setiap oraganisasi dipengaruhi oleh aktivitas oraginisasi lain dalam lingkungan nya. Organisasi pasti melakukan monitoring terhadap aktivitas ini. Dan menentukan apa efek yang ditimbulkan terhadap oraganisasi tersebut.
Jika sebuah instansi maupun oraganisasi yang menghasilkan dengan cara yang sama (beberapa oraganisasi/perusahaan melakuakn aktivitas yang sama) yang satunya melakukan dengan kualiatas mantap (Higth Quality) dengan produksi yang lebih sederhan dan murah maka akan menjadi ancaman buat oraganisasi lain yang memproduksi hal yang sama dengan yang mengeluarkan biaya dan tenaga yang banyak sehingga akan terjadi persaingan yang tidak sehat
Maka dalam disini diperlukan sebuah integrasi untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi lain dan menimalisir terjadinya persaingan tidak sehat
d. Menentukan tujuan organisasi
Tampa terkecuali semua oraganisasi memiliki tujuan. Tujuan ini tergantung kepada arah dan orintasi serta objek dari organisaisi tesebut ketika arah nya kepada perdagangan maka tujuan nya adalah Provite Oriented atau Commercial Oriented ketika itu sebuah LSM maka tujaun nya adalah terhadap masalah social masyarakat (invironment Development), ketika komunitasnya mahsiswa maka tujuan nya adalah apa yang seirama dan senada dengan makna kata mahasiswa yang berujung kepada pemantapan kaulitas manusia, terciptanya insan akademisi sebagai komunitas ilmiah yang bermuara kepada sebuah maen stream umum (Human Developmen)
2. Pendekatan Mikro
Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok seperti :
a. Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan
Dalam sebuah oraganisasi komunitasnya berasal dari berbagai disiplin lmu tetentu, dalam mewujudkan Visi misi sebuah organisasi maka dibutukan dan diperlukan kehadiran sebuah Orientasi dan training.dalam melakukan kegiatan ini diperlukan yang namanya komunikasi Berawal dari sebuah orientasi, orientasi adalah prosesyang terus menerus yang menghendaki komunikasi untuk membawa orang lain melihat apa yang sedang berlansung dalam suatu organisasi
Dan adapaun tugas memberikan orientasi ini adalah tugas pimpinan atau orang atau lembaga yang ditunjuk untuk itu dan suatu hal yang sangat esensial dalam masalah orientasi dan latihan ini adalah terwujudnya manusia yang sempurna dengan berbagai skil, keterampilan dan knowledge
b. Keterlibatan Anggota
Untuk menjaga kelancaran organisasi maka diperlukan lah keterlibatan anggota dalam unit masing-msing atau dengan bahasa lain nya tetap focus terhadap Job Discription yang telah ditetukan hal ini pun sesuai dengan basic skill dan keinginan aggota oragaisasi.
Dalam menjaga hal ini tidak akan perna lepas dari yang namanya komunikasi dan koordinasi dengan pimpinan terkait demi menjaga dan memotivasi agar anggota bekerja sesuai pada unit yang telah ditentukan
c. Penentuan Iklim Oraganisasi
Iklim sebuah oraganisasi sangat tergantung kepada tingkah laku pemimpin, tingkah laku pekerja maupun anggota tingkah laku oraganisasi tetapi pada dasarnya iklim organisasi ditentukan oleh bagaimana komunikasi antara pimpina dan bawahannya
Beranjak kita dari sebuah contoh ketika pimpinan tidak melakukan komukasi dengan baik kepada bawahannya ini akan menjadiakan bawahan nya malas dan tidak ada semangat untuk bekerja demi terciptanya tujuan sebuah organisasi
d. Supervisi dan Pengarahan
Semua tugas dan pekerjaan dalam lingkup organsisasi sagat perlu diasakan sebuah pengawasan serta di araahkan sesuai dengan criteria yang berlaku ini dilakukan oleh seorang pimpinan terhadap bawahannya. Seorang supervisor bertanggung jawab terhadap orang yang berada dibawah cakupan nya dan bertanggung jawab pula membantu pekerjaan bawahannya dalam mewujudkan pekerjaan optimal.
e. Kepuasan kerja dalam Organisasi
Ketika kepuasan tidak diperoleh oleh pekerja dalam sebuah oraganisasi maupun instansi yang dia geluti pada dasarnya ada dua hal yang melatar belakangi ketidak kepuasan dan ketdak nyamanan nya dalam beraktivitas
- Tidak mendapatkan informasi yang dia butuhkan denagn sangat komplit terhadap pekerjaan yang dia geluti dari sebuah organisasi
- Terdapatnya hubungan dengan relasi kerja yang kurang harmonis
Dan adapun yang melatar belakangi ini adalah juga terkai dengan bagai man proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah oraganisasi
3. Pendekatanindividual
Pendekatan individual berpusat pada tingkahlaku komunikasi individual dalam organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua pendekatan sebelumnya diselesaikan oleh komunikasi individual satu sama lainnya. Ada beberapa bentuk komunikasi individual :
Berbicara pada kelompok kerja Bekerja secara Team Work merupaka pusat dan kunci terjadinya kefektifitas kerja dalam oraganisasi, unutk menjaga keutuhan team work dibutuhkannya ketrerampilan dalam bekomunikasi dengan orang lain guna unutk memberikan dan mendapatkan tugasa dalam bekerja secara kelompok
4. Menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat
Rapat adalah satu cara kehidupan oraganisasi yang umum, oleh karena itu seseorang harus terampil dalam berinteraksi dalam acara rapat yang mencakup keterampilan memberikan informasi, bila diperlukan atau membujuk orang lain dalam mengarahkan untuk menerima suatu usulan
5. Menulis dan mengonsep surat
Sebuah oraganisasi sangat memerlukan materi cetak dan tertulis, materi ini didistribusikan dalam oraganisasi dan luar oraganisasi. Tiap lembaran dari materi tersebut dilakuakan oleh oang yang berkompeten dibidang itu sehingga tata oraganisasi itu menjadi rapid an teratur sebsuai dengan fungsi dan tugas pokok masing-masing
6. Berdebat untuk suatu usulan
Sebuah consensus diciptakan secara musyawara unutk mufakat, dimana ketika berlangsunganya sebuah musyawarah diharapkan lahirnya berbagai opsi yang nati akan memngkerucut menjadi keputusan (consensus) bersama dan dijadikan aturan ketentuan bersama

DAFTAR KEPUSTAKAAN


- Muhammad, DR. Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.2000
- Widjaja, W.A.H. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Jakarta: 2000
- Lilisweri, DR. Alo. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 1997
- Marbun, B.N. Kamus Poitik. Jakarta: Pustaka Sinar harapan. 2005
-http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/file.php/21/data/Komunikasi%20 Organisasi.ppt
- www.organisasi.org/define_organisasi.htm
-http://meiliemma.wordpress.com/Presepsi&konsep-dasar rganisasi.htm
-www.assyariabdulla.blogspot.com/makalah komuniaksi organisasi. html
-www.referensiassyariabdulla.blogspot.com/makalah komunikasi oraganisasi.html





Senin, 14 April 2008

SISTIM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

SISTIM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A. PERSEPSI INTERPERSONAL

Persepsi dalam Komunikasi Interpersonal

Ada bermacam-macam objek persepsi. Objek persepsi interpersonal adalah manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dilakukan daripada objek persepsi yang lain karena banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor personal. Faktor eksternal adalah petunjuk-petunjuk yang bisa Anda amati. Faktor personal adalah karakteristik dari orang yang memberikan respon pada stimulasi persepsi. Yang termasuk faktor eksternal adalah petunjuk verbal dan petunjuk nonverbal. Sedangkan yang termasuk faktor personal adalah pengalaman, motivasi dan kepribadian
Kesalahan dalam proses persepsi mungkin saja terjadi karena adanya impression management, stereotyping, dan ketidak mampuan seseorang untuk menafsirkan pesan dengan benar.
Perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal yaitu
1. pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik
2. dalam menanggapi objek hanya sifat-sifat luar
3. objek tidak berekasi
4. objek relatif tetap, manusia berubah-ubah
Faktor-faktor situasional pada persepsi interpersonal :
 Deskripsi verbal
 Petunjuk proksemik
 Petunjuk Kinesik
 Petunjuk Wajah
 Petunjuk paralinguistik
 Petunjuk artifaktual
Faktor Personal pada persepsi interpersonal :
1. Pengalaman
2. Motivasi
3. Kepribadian
Proses Pembentukan Kesan :
1. Steorotyping
2. Implicit personality theory
3. Atribusi
B. KONSEP DIRI

Konsep Diri dalam Komunikasi Interpersonal
Konsep diri adalah persepsi tentang diri; kita sendiri yang bersifat fisik, psikologis, maupun sosial; yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Kecenderungan seseorang untuk berperilaku sesuai dengan konsep dirinya disebut self fulfilling prophecy. Konsep diri memiki dua kualitas atau valensi, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
Pembentukan dan perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh orang- orang di sekitar diri seseorang. Pengaruh yang paling besar datang dari orang-orang terdekat (significant others), misalnya orang tua, saudara kandung, dan orang lain yang mempunyai ikatan emosional (affective others). Kemudian faktor yang mempengaruhi. konsep diri meluas ke pihak-pihak berikutnya, antara lain: teman, kelompok, organisasi, dan seterusnya. Pandangan diri Anda terhadap keseluruhan pandangan orang lain kepada kita disebut generalized others. Sedangkan mengambil peran sebagai generalized others disebut role taking.
Konsep lain yang berhubungan dengan konsep diri antara lain: kesadaran diri (self awareness), tingkat keterbukaan (self disclosure), model Johari Window (terdiri dari: open self, blind self, hidden self, unknown self), life position (terdiri dari: I'm OK You're OK, I'm not OK You're OK, I'm OK You're not OK, I'm not OK You're not OK), dan life script.
Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan hampir semua, sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif . Dari situlah muncul problem seperti inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri. Artikel berikut akan mengulas tentang konsep diri, apa dan bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap munculnya problem yang dialami manusia sehari-hari.
a. Konsep Diri
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
b. Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
c. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti :
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
d. Merubah Konsep Diri
Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :
1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way...
2. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ?
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
3. Berpikir positif dan rasional
We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha). Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.



DAFTAR KEPUSTAKAAN

- Widjaja, W.A.H. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Jakarta: 2000
- Lilisweri, DR. Alo. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 1997
- Marbun, B.N. Kamus Poitik. Jakarta: Pustaka Sinar harapan. 2005
- Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi.Bandung: Rosda Karya.1986
- Canggara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2004
- http://www.e-psikologi.com/dewasa/160502.htm
- http://www.ut.ac.id/learning.php?m=learning2&id=372#5
- http://mubarok-institute.blogspot.com/2007/05/sistem-komunikasi-inter-personal.html
- http://jamalgrah.blogspot.com/2008/02/psikologi-komunikasi.html
- http://id.wordpress.com/tag/manajemen-diri/

-